Dibalik Terpilihnya Buraq menjadi Kendaraan Nabi SAW saat Isra' Mi'raj
Setiap
tanggal 27 Rajab, yaitu waktu peristiwa Isra' Mi'raj telah menjadi salah satu hari penting dan sangat bersejarah
bagi seluruh umat Islam di seluruh dunia. Hari itu merupakan hari dimana Nabi besar umat
Islam Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan dalam satu malam dari Mekkah,
menuju Masjid Al- Aqsa di Palestina hingga naiknya beliau ke langit untuk
bertemu dengan Allah SWT secara langsung dalam rangka menerima risalah atau
perintah shalat wajib lima waktu bagi seluruh umat muslim hingga akhir zaman.
Peristiwa
penting ini, bukan menjadi peristiwa biasa mengingat pejalanan jauh tersebut
dapat ditempuh beliau hanya dalam jangka waktu satu malam. Pada peristiwa ini
juga, Rasulullah SAW menaiki kendaraan yang telah diutus Allah SWT melalui
malaikat Jibril khusus untuk menjemput Nabi Muhammad SAW menuju sidhratul
muntaha (langit ketujuh) yaitu singgasana Allah SWT yang dapat berjalan secepat
kilat yang disebut Buraq.
Terdapat
berbagai macam anggapan mengenai buraq, karena para ahli terkadang memiliki
banyak pendapat yang berbeda. Dari seluruh pendapat tersebut diyakini bahwa Istilah
buraq mungkin berasal dari istilah barqu yang berarti kilat sebagaimana
terdapat pada QS. Al Baqarah ayat 20,yang bermakna kilat. Buraq atau Buroq
[arab: البُرَاقُ] termasuk binatang ghaib, yang tidak akan pernah kita jumpai
di alam ini. Sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
menaikinya ketika Isra Mi’raj, itu merupakan bagian dari keistimewaan dan
mukjizat beliau dari Allah bagi Rasul Nya.
Beberapa
hadits shahih juga ada yang menyebutkan tentang bentuk atau ciri dan sifat Buraq
yang dinaiki oleh Rasulullah pada peristiwa Isra' Mi’raj diantaranya bentuknya yang
seperti binatang tunggangan, Ukurannya lebih tinggi dari keledai dan lebih
pendek dari bighal. (Bighal adalah peranakan hasil perkawinan antara kuda
dengan keledai), berwarna putih, langkah kakinya, sejauh ujung pandangannya. Serta
dapat diikat sebagaimana layaknya hewan tunggangan. Diantara hadits yang menceritakan
sifat-sifat di atas, Hadis dari Malik bin Sha’sha’ah radhiyallahu ‘anhuma,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan kejadian isra mi’raj.
وَأُتِيتُ بِدَابَّةٍ أَبْيَضَ، دُونَ البَغْلِ
وَفَوْقَ الحِمَارِ: البُرَاقُ
Dibawakan kepadaku
hewan tunggangan berwarna putih, lebih pendek dari bighal dan lebih tinggi dari
pada keledai. Yaitu buraq. (HR. Bukhari 3207).
Selain
itu, terdapat juga hadits yang menceritakan sesampainya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam di masjidil aqsha, beliau shallallahu ’alai wa salam mengikat
buraqnya di tempat yang biasa digunakan para nabi untuk mengikat tunggangannya.
Beliau mengatakan
فَرَبَطْتُهُ بِالْحَلْقَةِ الَّتِي يَرْبِطُ بِهِ الْأَنْبِيَاءُ
Aku mengikat buraq di
salah satu pintu masjid baitul maqdis, tepat di mana para nabi mengikatkan
hewan tunggangan mereka (Muslim no. 162, Abu Ya’la dalam musnadnya 3375).
Syaikh
Muhyidin ibn Arabi bercerita ketika malaikat Jibril diperintahkan oleh Allah
SWT untuk memilih Buraq sebagai kendaraan yang diutus untuk menjemput Nabi
Muhammad SAW bersamanya, malaikat Jibril melihat seluruh Buraq di salah satu surga
Jannat al-Buraq (Surga tempat para Buraq), dan ia melihat satu Buraq duduk
menyendiri menjauh dari yang lain. Buraq itu menangis, dan menangis, dari
tangisannya terbentuk sungai mutiara yang indah yang mengalir deras dari
matanya yang merupakan tangisan cinta dan kerinduan.
Kemudian,
malaikat Jibril pun pergi mendekati Buraq itu dan bertanya kepadanya, “Semua
Buraq lain bersalawat memuji Nabi saw dengan gembira, tetapi mengapa kau disini
sendirian menangis, apa yang membuat kau menangis? Buraq itu berkata, “Ketika
Allah menciptakan Buraq dan memberi tahu kami bahwa salah satu dari kami akan
membawa Nabi Muhammad saw, maka semenjak hari itu aku menangis tak pernah
berhenti. Aku berkata, “Ya Allah hatiku terbakar karena cintaku kepada Nabi
saw, dan aku memohon kepada-Mu untuk menjadi Buraq yang membawa Nabi Muhammad
saw ke surga-Mu. Setelah itu akhirnya malaikat Jibril menghiburnya dengan mengatakan
kalau begitu kaulah yang aku pilih untuk membawa Nabi saw.
Banyak pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Isra Mi’raj
yang sangat bersejarah ini. Selain perintah shalat lima waktu yang memang
menjadi kewajiban bagi seluruh umat muslim seluruh dunia, hingga begitu
besarnya cinta seisi alam semesta hingga malaikat kepada Nabi Muhammad SAW. Ketika
kalian bisa menangis karena cinta dan kerinduan kepada Rasulullah SAW, maka
itulah tanda bahwa Sayyidina Muhammad (saw) sedang melihatmu.
Begitu
air mata kalian keluar, maka itu berarti Nabi saw sedang melihat kalian.
Sebagaimana Nabi saw berkata, “Aku melihat ummatku apa yang mereka lakukan, aku
mengamati mereka”. Seperti kisah Buraq diatas yang ternyata karena cinta dan rindunya
Buraq yang begitu dasyat kepada Nabi Muhammad Shollallohu 'alaihi wasallam
membuatnya mendapat kehormatan yang luar biasa. Maka sebagai umat Islam yang
juga menjadikan Nabi Muhammad sebagai idola dan pedoman hidup kita, akan lebih
indah jika kita mendapat syafaatnya di surga nanti, sebagai buah dari kecintaan
dan kerinduan kita pada sosoknya.

Komentar
Posting Komentar